Filosofi Teras – Stoicism

ENSIPEDIA.ID – Saat mendengar kata filsafat, apa yang ada di benak kalian? Pasti tidak lain dan tidak bukan adalah skripsi.. yakan? 😂 dan berpikir bahwa filsafat suatu hal yang ribet untuk dipelajari. Padahal, jika ingin “hidup bebas” salah satunya yaitu dengan mempelajari ilmu filsafat. Loh kok? Makanya langsung aja ke pembahasan kali ini, Filosofi Teras.

FYI, saya mendapat inspirasi pembahasan kali ini dari buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring yang diulas oleh Raditya Dika dan kanal Youtube Satu Persen. Karena terbukti sangat berdampak pada keseimbangan hidup penggiatnya, saya rasa tidak nikmat kalau cuma dinikmati sendirian 😁

Mungkin kalian pernah dengar istilah Stoic/Stoicism, atau bahkan baru pertama kali denger kata itu. Ya, di Indonesia sendiri, filosofi ini belum terlalu familiar seperti di dunia luar yang sudah banyak di praktikkan oleh para tokoh besar dunia. Namun jangan salah sangka, belakangan ini filosofi Stoic juga sudah marak digunakan orang biasa di berbagai tingkatan sosial di Indonesia juga kok.

Sebenarnya Stoicisme merupakan salah satu aliran filsafat Yunani kuno yang sangat sederhana, sangat simpel dan praktikal sehingga masih relevan dengan zaman sekarang. Stoicisme sendiri didirikan di Athena oleh Zeno dari Citium (Siprus) pada awal abad ke-3 SM, dan baru terkenal setelah dipraktikkan oleh orang-orang seperti Epictetus, Seneca, dan Markus Aurelius.

Filsafat ini berasal dari kata stoa poikilê yang berarti teras, teras yang terletak di Agora, Athena yang dihiasi dengan lukisan mural yang indah, tempat para akademisi berkumpul, dan tempat belajar mengajar berada.

Para Stoa berpendapat bahwa perasaan seperti ketakutan atau kecemburuan muncul dari penilaian yang tidak tepat dari orang pada umumnya, tetapi untuk orang yang bijak yaitu seseorang yang telah mencapai kesempurnaan moral serta intelektual, hal ini tidak dialaminya.

Filsafat ini mengajarkan agar orang-orang harus bebas dari hasrat, tidak mudah tergerak oleh sukacita ataupun duka, dan untuk selalu bersyukur. Stoicisme juga menyatakan bahwa kebajikan adalah kebahagiaan dan penilaian yang harus didasari dengan perilaku, bukan sekedar kata-kata. (buaya, php, janji manis, gombal, apalagi? Wkwkwk)

Stoicisme berarti tidak peduli dengan teori-teori rumit tentang dunia, tapi membantu kita mengontrol emosi yang dapat merusak, debat kusir, dan bagaimana bertindak dengan benar. Namun, itu tidak semerta-merta bahwa hanya orang bijak yang bebas, sementara orang lainnya dianggap bermoral jahat.

Para filsuf Stoic memandang kebahagiaan itu bukan untuk dikejar, melainkan untuk fokus terhadap perbaikan sisi emosional manusia yang menurut mereka bisa diobati dengan filosofi. Stoicisme memiliki tempat sendiri dan banyak digunakan karena sifatnya yang praktis, juga memudahkan seseorang menjadi lebih baik dalam menjalani hari-harinya.

Dan ingatlah, bahwa tidak dapat mengendalikan apapun yang terjadi di luar kehendak kita, kita hanya bisa mengendalikan diri dan bagaimana cara meresponnya dengan hal yang positif. So gimana pendapat kalian mengenai thread yang saya bahas kali ini?


Sumber & Referensi:
[1] 2020. Stoic, Pengertian, dan Sejarahnya, Filosofi teras yang Mahsyur. dari https:,//galihwicaksono,com/pengertian-stoic/
Diakses pada 11 Maret 2021
[2] Firmansyah, Ganjar. 2019. 5 Pandangan Filsafat Stoicisme Ini Dijamin Bikin Hidupmu Adem Ayem dari https:,//www,idntimes,com/life/inspiration/amp/ganjar-firmansyah/5-pandangan-filsafat-stoicisme-ini-dijamin-bikin-hidupmu-adem-ayem-c1c2
Diakses pada 11 Maret 2021

Latest articles