Altruisme, Perilaku Hidup yang Termasuk ‘Etika Emas’ dalam Interaksi Sosial

ENSIPEDIA. ID, KENDAL – perilaku hidup masing-masing individu sangat berpengaruh terhadap interaksi antarindividu. Interaksi yang dibangun secara baik akan membuat hubungan antarindividu berjalan harmonis.

Sebagai contoh, pernahkah kamu bertemu dengan seseorang yang datang membantu secara sukarela dan tulus ketika kamu sedang membutuhkan bantuan? Bantuan dari sosok yang berharga itulah salah satu cerminan dari etika emas interaksi antarindividu.

Etika Emas Kehidupan: Bersikap Altruisme

Ilustrasi percakapan antarindividu | Halodoc.com

Mungkin banyak dari kita yang belum mengetahui apa itu altruisme. Altruisme adalah istilah modernnya kata Empati. Istilah ini diciptakan oleh Auguste Comte—salah satu filsuf dunia yang terkenal di bidang sosiologi.

Altruisme berasal dari Bahasa Perancis Autrui yang artinya orang lain. Jika diartikan secara luas, maka altruisme adalah perilaku yang berhubungan dengan kepentingan, kebutuhan, atau sesuatu yang melibatkan orang lain.

Dalam pengertian lain, altruisme merupakan tindakan atau perilaku membantu orang lain tanpa mengharapkan pamrih, dengan tekad yang datang dari diri sendiri. Namun, perilaku ini tidak sebatas pada hal baik saja. Seseorang yang menerapkan altruisme disebut altruis.

Altruisme yang dilakukan untuk kebaikan tentu termasuk ‘etika emas’ manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Perilaku ini mendorong seseorang mengesampingkan egonya, demi membantu sesama. Maka dari itu, altruisme dapat disebut juga kebalikan dari egoisme.

Perilaku altruisme biasanya muncul sesaat, dan seringkali timbul bersamaan dengan rasa prihatin terhadap orang lain. Namun, kamu juga bisa menerapkan altruisme sebagai prinsip hidup yang baik dan tentunya berguna bagi orang lain.

Sesuatu yang berlebihan pasti tidak akan berdampak baik bagi kita, begitu pun dengan altruisme. Bahkan, etika emas ini juga dapat membahayakan kesejahteraan diri sendiri dalam kasus-kasus tertentu. Oleh karena itu, di samping menerapkan altruisme, kita juga harus membekali diri dengan pandai bersikap selektif.

Apakah Altruisme Sama dengan People Pleaser?

Jawabannya, beda! People pleaser merupakan tindakan membantu orang lain yang dilakukan secara terpaksa karena kita takut menyinggung perasaan orang yang meminta bantuan. Sedangkan altruisme murni datang dari diri kita sendiri yang didorong oleh rasa ingin berbuat baik, jadi tanpa ada unsur keterpaksaan.

People pleaser atau yang lazim kita kenal dengan “gak enakan” seringkali merugikan diri kita sendiri. Apalagi apabila permasalahan ini datang ketika sedang mengerjakan sesuatu yang penting, tetapi kita sungkan untuk menolak bantuan orang lain karena takut menyinggung perasaannya.

Sedangkan altruisme jika tidak diimbangi dengan sikap selektif dapat membahayakan diri kita sendiri. Misalkan pada situasi tertentu, orang yang kita bantu justru berbalik berbuat jahat pada kita.

Pada people pleaser, biasanya orang lainlah yang mengajukan permohonan bantuan kepada kita. Sedangkan dalam altruisme, kitalah yang menawarkan bantuan pada orang lain.

Faktor Pendorong Perilaku Altruisme 

Ilustrasi menolong orang lain

Penulis telah merangkum beberapa hal yang menjadi motivasi atau pendorong seseorang untuk berperilaku altruisme, di antaranya sebagai berikut.

1. Reward

Memang dalam melakukan altruisme seseorang tidak mengharapkan suatu imbalan atau reward dalam bentuk apapun. Reward yang penulis maksud di sini kaitannya dengan materi.

Namun, ternyata imbalan juga menjadi motivasi seseorang untuk melakukan altruisme. Imbalan tersebut berupa inner reward atau imbalan yang berasal dari batin. Imbalan ini berupa perasaan puas, senang, tenang dan lega apabila telah membantu seseorang. Inner reward juga dapat dikaitkan dengan hormon yang memengaruhi proses bahagia seseorang.

2. Social Norms

Norma sosial diciptakan oleh lingkungan sekitar individu. Norma sosial dibangun dengan nilai-nilai kehidupan yang sering terjadi di masyarakat. Nah, ternyata norma sosial juga menjadi salah satu motivasi seseorang berperilaku altruisme.

Salah satu bentuk norma sosial yang berkembang di masyarakat adalah “kewajiban” menolong orang lain. Bermula dari hal itu, setiap individu akan merasa memiliki tanggung jawab atas permasalahan orang lain. Rasa tanggung jawab itulah yang menuntun kita menolong orang lain walaupun tanpa imbalan.

3. Keakraban

Faktor yang ketiga yaitu keakraban. Seseorang akan lebih kuat jiwa penolongnya apabila orang yang membutuhkan bantuan adalah orang yang kita kenal. Misalnya keluarga, kerabat, teman dekat, atau bahkan teman masa kecil.

4. Rasa Empati

Seseorang yang memiliki rasa empati tinggi akan semakin sering bertingkah laku altruisme. Biasanya, orang dengan empati tinggi akan mudah terbawa perasaan apabila melihat orang lain yang sedang kesulitan, kemudian mereka akan terdorong untuk membantu orang tersebut.

5. Low Egocentricm

Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa altruisme adalah kebalikan dari egoisme. Nah, individu dengan keegoisan rendah akan lebih terdorong untuk melakukan altruisme. Ia akan lebih mengutamakan kepentingan orang lain dahulu, kemudian baru kepentingan pribadi.

Sikap altruisme dipandang sebagai sesuatu yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan keseharian. Karena ketika kita menolong orang lain, hal itu juga akan memotivasi orang lain untuk ikut membantu sesama.

Etika berperilaku altruisme adalah mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kesulitan orang lain sehingga kita akan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan. Namun, juga perlu diingat bahwa perilaku altruisme juga harus diimbangi dengan sikap selektif.

 

Hilmi Harsaputra
Menyukai bidang sosial-hukum, sosial-budaya, geografi, dan astronomi.

Latest articles