Review Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas: Kisah “Burung” Ajo Kawir yang Tertidur

ENSIPEDIA.ID, Kendari – Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas merupakan salah satu karya dari seorang penulis Indonesia, Eka Kurniawan. Novel ini telah diangkat menjadi film yang berjudul sama dan terbilang sukses di kancah internasional. Karena keunikan gaya penulisan Eka Kurniawan yang sederhana dan penuh keterusterangan, kita akan mengulas novel yang menceritakan tentang kisah pemuda bernama Ajo Kawir yang kemaluannya tidak bisa ereksi.

Bibliografi

Judul: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Penulis: Eka Kurniawan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Halaman: 243 halaman

ISBN: 978 602 03 0393 2

Sinopsis

“Dipuncak rezim yang peuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa; dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah yang melihatnya melalu lubang di jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori  tentang kehidupan  yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.”

Novel ini menceritakan tentang kisah seorang pemuda bernama Ajo Kawir yang mengalami impoten karena sebuah cerita kelam ketika masih kecil. Ajo Kawir adalah orang yang bermasalah di kampungnya. Ia sering membuat onar dan kekacauan. Di balik kegaharan Ajo Kawir, ia menyimpan rahasia yang cukup memalukan. Burung yang berada di balik celananya itu rupanya tertidur pulas dan tidak dapat ereksi.

Kisah tersebut bermula ketika Ajo Kawir masih kecil. Ia dan sahabat baiknya yang bernama Si Tokek menyaksikan pemerkosaan yang diakukan oleh dua orang oknum polisis terhadap perempuan gila bernama Si Rona Merah. Perempuan tersebut merupakan janda yang ditinggal mati oleh suaminya sehingga membuat ia stres.

Dalam diam, kedua anak itu mengintip pemerkosaan dari balik celah lubang di jendela. Ajo Kawir tak menyangka bahwa kejadian tersebut akan mengubah seluruh hidupnya. Karena salah satu dari mereka ada yang terpeleset, akhirnya kedua polisi tersebut memergoki mereka mengintip. Nasib baik dialami oleh Si Tokek yang berhasil kabur. Sedangkan nasib buruk menghampiri Ajo Kawir, ia dibekuk oleh kedua polisi tersebut.

Saat ditahan, Ajo Kawir dipaksa untuk menyaksikan pemerkosaan yang dilakukan oleh polisi tersebut. Tak hanya melihat, Ajo Kawir diajak untuk ikut serta bergabung. Sayangnya, permintaan polisi tersebut dibarengi dengan acungan pistol ke kepala Ajo Kawir. Karena panik, kalut, dan bingung, situasi tersebut akhirnya membuat “burung” Ajo Kawir tertidur pulas dan tidak bangun lagi.

Karena kejadian naas tersebut, kemaluan Ajo Kawir tidak dapat ereksi lagi. Segala cara pun ia lakukan untuk membuat burungnya terbangun lagi. Namun semua cara yang dilakukannya pun gagal. Rasa frustasi akibat kemaluan yang tidak bisa ereksi membuat Ajo Kawir melampiaskannya dalam bentuk perkelaihan dan membuat masalah, keonaran, serta kegaduhan.

Dalam sebuah misi yang dilakukannya, ia bertarung dengan seorang gadis bernama Iteung. Gadis tersebut juga seorang yang hebat dalam perkelaihan. Akhirnya mereka saling jatuh cinta dan berpacaran.

Masalah pun kembali muncul ketika Iteung meminta Ajo Kawir untuk menikahinya. Karena tahu akan kondisi burungnya ang tertidur, Ajo menolak permintaan Iteung. Namun seiring berjalanya waktu, Iteung pun tahu tentang masalah burung Ajo kawir dan bersedia menikahinya dengan segala kondisi yang ada. Mereka pun menikah dengan kondisi Ajo Kawir yang “tak bisa berdiri”.

Babak baru dari kisah ini ketika Ajo Kawir mengetahui Iteung sedang hamil. Tentu saja kandungan Iteung bukan buah dari Ajo Kawir. Hal tersebut membuat Ajo Kawir marah besar dan kembali memulai masalah-masalah baru.

Kemaluan bisa menggerakkan orang dengan biadab. Kemaluan merupakan otak kedua manusia, seringkali lebih banyak mengatur kita daripada yang bisa dilakukan kepala.”

-Eka Kurniawan dalam Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.”

Kelebihan

Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas merupakan karya Eka Kurniawan yang paing vulgar yang pernah saya baca. Keterusterangan Eka dalam menuliskan kata-kata yang dianggap kasar oleh masyarakat membuat buku ini sangat blak-blakan untuk dibaca. Kesederhanaan dalam pemilihan diksi yang sangat dekat dengan masyarakat ini menjadi salah satu sebab novel ini banyak digemari oleh pembacanya.

Penulisan dalam novel ini bisa dikatakan sebagai proses mengambarkan situasi tokoh secara apa adanya. Tidak berlebihan, dipuitisasi, ataupun dibuat secara bertele-tele.

Dalam segi plot atau alur cerita, novel ini mengalirkan kisah Ajo Kawir dengan begitu antraktif. Pembaca yang membacanya tidak akan merasa bosan karena banyak cerita yang membuat pembaca membayangkan situasi dalam cerita, seperti adegan perkelahian, pembunuhan, hingga adegan yang dianggap seksual.

Suasana yang dibangun oleh Eka dalam novel ini juga bisa meghanyutkan, mulai dari ketakutan, frustasi, kesedihan, humor, bahagia, marah, semuanya tergambarkan dengan baik. Hal ini kembali pada pemilhan kata yang sederhana dan tidak bertele-tele.

Aspek erotis dan ceplas-ceplos dalam novel ini tidak menutupi kritik sosial yang ingin disampaikan oleh Eka. Contohnya, Kkjadian yang membuat kerangka permasalahan dari cerita ini bermula dari oknum polisi yang melakukan pemerkosaan terhadap perempuan gila yang seharusnya mereka bantu. Selain itu, novel ini banyak mengangkat kegelisahan moral masyarakat yang ada di Indonesia.

Kekurangan

Kembali kepada aspek bahasa Eka yang lugas dan erotis, buku ini hanyak cocok dibaca oleh orang dewasa. Buku ini tidak diperuntukkan oleh anak di bawah umur. Banyak orang yang memberikan rating buku ini ayak dibaca oleh seseorang yang berusia 21 tahun ke atas. Pasalnya, selain kata-kata yang “bar-bar” terdapat juga pengambaran adegan seksual yang cukup detail.

Inti dari cerita ini adalah bagaimana seorang Ajo Kawir bisa menerima kompleksitas hidup yang ia jalani. Mulai dari hal-hal yang rasional hingga yang irasional. Hal-hal yang absurd hingga hal-hal yang konkret. Penerimaan atas hidup yang ia jalanai digambarkan ketika ia menjalani hidup sebagai filsuf jalanan dan supir truk di Jalur Pantura.

Diangkat Ke Film Lebar

Novel ini telah didaptasi ke dalam film layar lebar dengan judul yang sama oleh Palari Films. Film ini disutradarai oleh Edwin yang telah berhasil membuat film Aruna dan Lidahnya. Film ini ditayangkan pertama kali dalam Locarno International Film Festival 2021 dan akan dirilis di bioskop Indonesia pada 2 Desember mendatang.

Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas akan dibintangi oleh Marthino Lio sebagai Ajo Kawir, Ladya Cheryl sebagai Iteung, Sal Priadi sebagai Si Tokek, dan Reza Rahardian sebagai Budi Baik.

Latest articles