ENSIPEDIA.ID – Bulan puasa kali ini terasa biasa-biasa saja bagi saya yang sudah menginjak usia 18 tahun. Entahlah, belum dapat saya pastikan apa alasan konkretnya, namun yang pasti siklus bulan Ramadhan yang begitu-begitu saja tiap tahunnya membuat saya menjadi resah akan kedatangannya.
Banyak tekanan dan tuntutan ini-itu dari orang tua dan lingkungan saya yang konservatif sehinga acapkali menjadi beban tersendiri bagi saya yang ingin menjalankan ibadah puasa seperti biasanya. Mereka lupa, salah satu esensi dari bulan penuh keberkahan ini ialah tidak membebani apa yang seharusnya mereka lakukan terlebih dahulu kepada orang lain dan tidak menjadikan hal tersebut sebagai pembenaran atas perlakuannya yang tidak sepenuhnya diterima oleh semua orang dengan dalih selayaknya kaum agamis dadakan. Alangkah baiknya kita menghakimi diri sendiri terlebih dahulu sebelum mulai menghakimi orang lain.
“Nak, puasanya jangan sampe batal sebelum waktunya, ya,”
“Puasanya harus full, ya,”
“Inget, di bulan Ramadan ini kamu mesti mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan peribadahan seperti itikaf, tadarus, dan semacamnya.”
Siklus kalimat imperatif di atas pun seringkali hinggap kepada saya secara terus menerus. Sebelumnya, saya tidak habis pikir kepada orang-orang yang melontarkan hal serupa kepada orang lain, namun dirinya sendiri tidak menjalankan apa yang baru saja diucapkan oleh mulut Yang Maha Benar-nya dengan segala bacotannya itu. Kontradiktif sekali, bukan?
Rasa-rasanya saya ingin sekali menjalani hari-hari berpuasa dengan tenang dan aman dari segala tuntutan mulut orang-orang. Dengan demikian, saya dapat menarik kata-kata saya yang menyatakan kalau bulan puasa ini terasa biasa saja menjadi luar biasa dikarenakan kita sibuk dengan kepentingan masing-masing tanpa harus terjejali oleh penuntutan yang kontradiktif nan destruktif.
Terlepas dari itu, bersikap dewasa dan realistis pun dapat mempengaruhi aktivitas berpuasa. Misalnya, ketika kita sedang sahur dengan menu mie instan seadanya setidaknya dapat membuat kita berpikir bahwa rasa syukur adalah pilar utama dari cobaan menahan dahaga, lapar, dan hawa nafsu nantinya dibandingkan dengan orang-orang yang tidak seberuntung kita. Kemudian, dilanjutkan dengan menu buka puasa yang serupa, membuat kita bertambah mensyukuri dan menyikapi bahwasanya di bulan Ramadhan ini tidak perlu dirayakan secara hedon melainkan hanya cukup untuk mengisi perut selepas puasa tadi. Cukup dengan memaknainya sebagai bulan-bulan seperti biasanya yang dikelilingi oleh rasa syukur. Itu saja sudah cukup.
Baca juga: Kenali Charm Point atau Titik Pesona Pada Dirimu – Ensiklopedia Bebas (ensipedia.id)
Saya bukan bocah ingusan yang memaknai Ramadhan sebagai sesuatu yang mengasyikkan, seperti kita bisa menyulut kembang api di malam hari, salat tarawih rame-rame, bahkan buka puasa bareng sama teman-teman. Tidak, bukan begitu, melainkan saya adalah seseorang yang menganggap bulan ini sebagai dinding di antara keresahan dan keistimewaan yang menciptakan kebiasaan baru bagi saya, yakni nilai biasa-biasa saja.
Kendati demikian, bukan berarti saya menegasikan bulan ini sebagai bulan kebaikan dan pengharapan. Terpatri dalam diri dan terpanjat ke atas langit mengenai banyak sekali doa dan harapan yang saya tanamkan di bulan Ramadhan. Hal tersebut merupakan manifestasi dari kecintaan saya terhadap bulan yang suci ini.
Mungkin, di luar sana terdapat orang-orang yang memiliki pemahaman seperti saya. Oleh karena itu, sebuah hal wajar yang tidak perlu diperdebatkan apabila ada orang dekat yang mempunyai frekuensi pemikiran demikian. Sama halnya dengan pacaran, pasti ada rasa saling menerima atau bosan apabila hubungan tersebut dijalani dengan aktivitas-aktivitas yang sama di dalamnya sehingga menimbulkan nilai biasa-biasa saja.
Dari sekian banyaknya cerita yang ingin saya curahkan, mungkin hanya secuil yang dapat saya sampaikan di kesempatan kali ini. Dan, terakhir, berbiasa-biasa saja terhadap sesuatu yang sejatinya akan sering kita temui tiap tahunnya bukanlah sebuah persoalan, melainkan perjalanan dinamika diri yang menjelma menjadi sesosok entah apa yang mencoba bersikap sedemikian rupa biasanya.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa bagi yang Menjalankan!