Wajib Tahu! Cara-cara Penularan Virus HIV

ENSIPEDIA.ID, Jakarta – Virus HIV merupakan salah satu virus yang paling berbahaya di dunia. Bukan tanpa alasan, di Indonesia saja estimasi jumlah kasus HIV/AIDS yang terdeteksi sebanyak 511.955, terhitung sejak tahun 1987 s.d 31 Maret 2020.

Walaupun para ilmuwan sedang berusaha keras, hingga saat ini, virus HIV yang memakan banyak korban jiwa ini masih belum memiliki vaksin yang benar-benar “ampuh” untuk mencegahnya.

Dengan berdasarkan fakta di atas, tentu masyarakat resah dan waspada bagaimana supaya tidak tertular. Nah, pada kali ini saya akan memberitahu bagaimana cara penularan virus HIV yang harus dihindari oleh kita semua.

1. Hubungan seksual

Virus HIV bisa tertular ketika berhubungan seksual tidak menggunakan alat pengaman atau biasa dikenal dengan sebutan kondom, baik melalui lubang vagina, oral ataupun secara anal.

Menurut data dari Departemen Kesehatan & Layanan Kemanusiaan AS, 6.300 infeksi baru yang menyerang wanita serta sekitar 2.800 infeksi yang di alami oleh pria dengan jenis seks secara umum (antara wanita dengan pria).

Sedangkan penularan HIV bagi pasangan g*y dan b*seksual lebih mencemaskan lagi, sekitar 26.000 infeksi HIV baru di Amerika Serikat setiap tahunnya.

Ketika membandingkan jenis seks mana di antara; vagina, anal ataupun oral. Maka seks anal dianggap sebagai perilaku seksual yang paling beresiko menyebarkan virus ini. Dengan risiko infeksi 18 kali lipat lebih banyak dibandingkan seks vagina.

Fakta lainnya yang perlu menjadi perhatian ialah laki-laki yang tidak disunat dua kali lebih beresiko menyebarkan infeksi daripada laki-laki yang sudah disunat. Hal itu disebabkan oleh bakteri di bawah kulup pada orang yang tidak disunat.

2. Penggunaan Jarum Suntik

Risiko tertular atau menularkan HIV jika orang HIV-negatif menggunakan alat suntik yang pernah digunakan oleh penderita HIV sangatlah tinggi. Hal tersebut diakibatkan jarum suntik, alat suntik, atau peralatan injeksi lainnya mungkin memiliki darah di dalamnya, dan darah dapat membawa HIV.

HIV dapat bertahan hidup di dalam jarum suntik bekas diperkirakan hingga 42 hari setelah pemakaian, tergantung bagaimana suhu serta faktor-faktor pendukung lainnya.

Terhitung antara tahun 2004 hingga 2013, total jumlah petugas kesehatan yang dilaporkan telah terpapar darah pasien yang mengandung HIV di Inggris sebanyak 1478 orang. Jumlah kasus penularan HIV setelah secara tidak sengaja tertusuk jarum total sebanyak 100 orang.

Adapun bahaya jarum suntik bekas yang dapat menularkan berbagai bakteri dan virus antara lain; Hepatitis C, Sipilis, virus varicella zoster , yang menyebabkan herpes zoster dan cacar air serta Epstein-Barr (sejenis virus herpes).

3. Kehamilan dan Menyusui

Risiko tertular dari ibu yang terinfeksi virus HIV kepada bayi yang masih di dalam kandungan ataupun dalam keadaan menyusui sangatlah tinggi. Menurut suatu laporan di AS, sekitar 5.000 perempuan yang terinfeksi HIV telah melahirkan.

Risiko Infeksi yang akan ditularkan dari ibu kepada bayinya dapat dikurangi hingga 1% dengan syarat pencegahan dilakukan dengan baik sesuai dengan arahan yang diberikan oleh dokter.

Adapun cara pencegahannya yaitu dengan berkonsultasi kepada ahlinya agar dapat menentukan cara persalinan, baik secara caesar ataupun normal, selain itu juga dapat dicegah dengan melakukan terapi kombinasi antiretroviral dan juga tidak memberika ASI kepada bayi.

Sebelum memutuskan untuk mempunyai anak, disarankan untuk melakukan tes, agar mengetahui apakah Anda atau pasangan Anda postif terinfeksi virus HIV.

4. Transfusi Darah

Kejadian penularan virus HIV melalui transfusi darah bisa dibilang sangat jarang, karena peraturan kesehatan internasional mewajibkan semua produk darah seperti organ atau jaringan untuk diperiksa terhadap sejumlah kontaminasi virus atau bakteri sebelum digunakan.

Selama proses pengecekan dan penyaringan, darah yang mengandung HIV, hepatitis B , hepatitis C , atau sifilis akan dibuang. Namun, contoh penularan HIV telah terjadi di beberapa negara berpenghasilan rendah yang kekurangan peralatan untuk menguji semua darah.

Para pendonor darah ditanyai serangkaian pertanyaan standar sesaat sebelum mendonorkan darah untuk membantu menentukan apakah mereka dalam keadaan sehat atau apakah mereka pernah berisiko terinfeksi HIV di masa lalu.

Beberapa kelompok yang dianggap berisiko terinfeksi HIV seperti pria yang berhubungan seks dengan pria, pekerja seks, pengguna narkoba, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Diharapkan dengan pengetahuan ini, kita dapat mencegah penularan-penularan HIV yang semakin banyak dan berkembang dari waktu ke waktu.

Ubay Muzemmil
Gak tau mau ditulis apa

Latest articles