ENSIPEDIA.ID – Kesehatan mental bagi remaja merupakan salah satu isu yang perlu diperhatikan bersama. Banyak yang mengira bahwa beban mental yang berat hanya dihadapi oleh orang dewasa saja. Namun, kelompok usia 10-17 tahun juga tak luput dari serangan kondisi gangguan mental.
Kasus terbaru bisa dilihat pada peristiwa bunuh dirinya seorang mahasiswa di sebuah hotel yang tak jauh dari kampusnya. Kejadian tersebut disinyalir diakibatkan oleh kondisi psikologis mahasiswa tersebut yabg depresi karena perceraian orang tuanya. Banyak kasus-kasus lain yang serupa dengan peristiwa tersebut. Hal ini menjadi lampu merah bagi pihak yang berwenang untuk memperhatikan isu kesehatan mental remaja.
Hasil Riset Kesehatan Mental Remaja Indonesia
Menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti UGM yang bekerja sama dengan University of Queensland di Australia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat (AS), menemukan bahwa bahwa 1 dari 20 (sekitar 5.5%) remaja di Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan mental.
Hasil tersebut mengacu pada manual yang telah disusun oleh American Psychological Association (APA), yaitu Statistik Gangguan Mental atau DSM-V.
Setidaknya terdapat 2,45 juta remaja di Indonesia terdiagnosis masuk dalam kelompok orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Kategori Gangguan Mental Remaja Indonesia
Dari hasil riset tersebut, ada 4 gangguan mental terbanyak yang dialami oleh remaja di Indonesia. Gangguan mental yang paling banyak ialah gangguan kecemasan (anxiety disorder). Kemudian gangguan berikutnya disusul oleh gangguan depresi mayor, gangguan perilaku, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).
Domain Masalah Penyebab Gangguan Mental
Dalam melakukan analisisnya, peneliti mengeksplorasi 4 domain dalam melihat kondisi yang menyebabkan gangguan mental, yaitu: Pertama, keluarga. Hal ini meliputi masalah dengan orang tua, kesulitan beraktivitas bersama anggota keluarga. Kedua, teman sebaya, yaitu yang berkaitan dengan hubungan dengan teman sebaya ataupun pasangan. Ketiga, sekolah atau pekerjaan, meliputi kesulitan menyelesaikan tugas sekolah, performa akademik yang buruk. Keempat, distres personal, yaitu hal yang berkaitan dengan rasa bersalah atau rasa sedih yang berkepanjangan.
Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa gangguan fungsi keluarga pada remaja menjadi penyebab terbanyak terjadinya gangguan mental pada remaja. Berikut angkanya: sebanyak 83,9% mengalami gangguan fungsu pada keluaga, disusul oleh ranah teman sebaya (62,1%), sekolah atau pekerjaan (58,1%), dan distres personal (46,0%).
Remaja masih memiliki ketergantungan erat dengan keluarga. Maka dari itu, keluarga masih menjadi ujung tombak dalam menyehatkan mental anggota keluarganya, termasuk pada anak.
Bibliografi:
Wahdi, A. E. (2022). Riset: Sebanyak 2,45 juta remaja di Indonesia tergolong sebagai Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). The Conversation.
Erskine, et al. (2022). Measuring the prevalance of mental disorder in Ke ya, Indonesia, and Vietnam: Study protocol for the national adolescent mental helath surveys. Journal of Adolescent Health.