ENSIPEDIA.ID – Ujian dalam dunia pendidikan merupakan evaluasi yang dilakukan oleh tenaga pendidik untuk melihat perkembangan belajar peserta didik. Dengan adanya ujian, peserta didik dapat terdorong untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik. Ujian juga berfungsi sebagai alat penentu kelulusan, misalnya dengan dilaksanakannya ujian nasional atau ujian masuk perguruan tinggi.
Sebagai alat evaluasi, ujian seharusnya bisa menjadi tolok ukur dalam melihat tingkat pemahaman peserta didik selama menjalani proses belajar. Namun demikian, tidak sedikit peserta didik yang belum memahami hakikat dari ujian. Akibatnya, tak sedikit dari peserta didik yang melakukan pelanggaran akademik dalam ujian seperti plagiarisme dan menyontek.
Ujian dan Jawaban dari Awan
Kebanyakan proses ujian dilaksanakan secara tertulis melalui soal berjenis esai atau pilihan ganda. Ada pula ujian yang dilaksanakan secara open book atau ujian berbasis proyek. Dengan perkembangan teknologi yang begitu canggih, jawaban-jawaban soal ujian bisa mudah ditemui dan dipecahkan.
Salah satu fasilitas teknologi yang sering dimanfaatkan adalah dengan adanya artificial intelligence dan ChatGPT. Dengan ChatGPT misalnya, seseorang bisa mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan dengan mudah.
Penggunaan ChatGPT dianggap bisa memudahkan siswa atau mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan studinya. Namun, penggunaan ini tentunya bisa merusak ekosistem akademik.
“Jika jawabannya selalu tersedia di ujung jari, mereka merasa tidak perlu berpikir sendiri,” ungkap Riri Fitria Sari, guru besar bidang Teknologi Informasi, Universitas Indonesia.
Riri menjelaskan bahwa dengan adanya AI dan ChatGPT, bisa berdampak positif dan negatif. Negatifnya, akibat kemudahan tersebut, siswa akan cenderung malas dan tidak memiliki semangat belajar.
Maka dari itu, pemberian tugas dan ujian yang bisa memanfaatkan teknologi AI dan ChatGPT cenderung tidak menghasilkan bahan evaluasi yang baik bagi peserta didik.
Dunia Pendidikan bisa Menggiatkan Kembali Ujian Lisan
Salah satu jenis ujian lainnya yang bisa digunakan adalah dengan ujian lisan. Ujian lisan adalah ujian yang dilaksanakan secara verbal yang melalui pemberian soal berbentuk tanya jawab dan/atau presentasi.
Ujian lisan menjadi salah satu jenis evaluasi tertua. Pada zaman Yunani Kuno, seorang filsuf dalam mempertahankan argumen keilmuannya akan diuji melalui ritual pertahanan lisan publik.
Begitu pula dengan perkembangan ilmu hukum dan kedokteran di dunia Islam yang menggunakan ujian lisan dalam proses evaluasi pembelajarannya.
Namun demikian, karena ujian lisan dianggap tidak efisien dan ujian tertulis dianggap lebih efisien, ujian lisan perlahan mulai ditinggalkan.
Penggunaan ujian lisan bisa digiatkan lagi mengingat proses evaluasi melalui ujian tulis di tengah perkembangan teknologi mulai mudah direkayasa oleh peserta didik.
Negara Norwegia hingga saat ini masih mempertahankan ujian lisan. Mereka menggunakan ujian lisan dalam evaluasi pada mahasiswa program pascasarjana dan sarjana. Begitu pula dengan siswa menengah yang diwajibkan mengikuti satu ujian lisan dalam satu mata pelajaran.
Keberhasilan Ujian Lisan
Seorang peofesor Ilmu Pendidikan asal CQUniversity Australia, Stephen Dobson menemukan kekayaan penggunaan ujian lisan. Dalam studi yang ia lakukan, ujian lisan dapat melihat banyak aspek, seperti kualitas muatan konten hingga kemampuan menjawan. Dobson melihat bahwa ujian lisan dapat mengevaluasi proses penerimaan pengetahuan yang telah dilakukan oleh peserta didik.
Di sisi lain, Dobson menemukan hasil bahwa tingkat kecurangan siswa sangatlah kecil bahkan nyaris tidak ada. Ia tidak pernah sekalipun menjumpai kasus kecurangan. Tidak ada murid yang meniru pekerjaan temannya, menyembunyikan kertas berisi jawaban dalam baju mereka, atau menulis contekan di lengan.
Tentu saja, dengan ujian lisan, jawaban peserta didik tidak dapat dipengaruhi oleh teknologi seperti ChatGPT atau murni hasil pemikiran mereka sendiri.