Mengapa Kita Lebih Susah Memilih Ketika Memiliki Banyak Pilihan?

ENSIPEDIA.ID, Jember – Pernahkan Anda kebingungan ketika akan membeli pasta gigi di minimarket karena banyaknya pilihan yang tersedia. Setidaknya ada selusin merk yang tersedia dengan beberapa keunggulan yang berbeda, seperti dapat membuat nafas menjadi segar, mencegah lubang di gigi, hingga memutihkan gigi. Setiap merk tersebut juga memiliki ukuran, harga, hingga rasa yang berbeda pula.

Choice overload atau bisa dikenal dengan sebutan overchoice, choice paralysis atau paradox of choice adalah suatu kondisi ketika seseorang menjadi kewalahan ketika dihadapkan dengan banyak pilihan untuk dipilih.

Memiliki banyak pilihan merupakan salah satu pembeda antara kita dengan nenek moyang kita. Pada zaman dahulu pilihan terhadap pekerjaan dan pasangan sangat terbatas karena kurangnya sedikit informasi di berbagai daerah. Bahkan jika kita berada di lingkungan yang “keras”, Anda tidak akan sempat untuk memilih makanan yang akan di makan.

Berbeda halnya pada zaman modern ini dengan kemajuan industri dan teknologi yang begitu pesat sehingga memungkinkan untuk memproduksi produk yang lebih banyak lagi.

Ada anggapan bahwa lebih banyak pilihan akan membuat kita memilih pilihan yang paling baik. Namun, berdasarkan bukti empirik yang ada, lebih banyak pilihan membuat hidup kita lebih sulit kurang menyenangkan. Berikut adalah beberapa penyebab mengapa kita sulit memilih ketika banyak pilihan

1. Manusia Memiliki Daya Kognitif yang Terbatas

Dalam sebuah studi tentang pengaruh pilihan terhadap motivasi yang dilakuan oleh Chernev, para peneliti mendirikan stan pencicip selai di sebuah toko kelontong kelas atas. Pada beberapa hari, mereka menampilkan 6 pilihan rasa yang terbatas; pada yang lain, mereka mengeluarkan 24 rasa yang jauh lebih banyak. Pelanggan diperbolehkan mencicipi selai sebanyak yang mereka inginkan. Mereka kemudian diberi kupon, berlaku selama satu minggu yang memberi mereka diskon kecil untuk selai. Kupon ditandai dengan nomor kode sehingga peneliti akan mengetahui pelanggan mana yang telah menggunakannya. Pada akhirnya, 30% pelanggan mengunjungi stan yang lebih kecil dibandingkan dengan stand satunya yang hanya dikunjungi oleh 3% pelanggan.

Temuan ini berlawanan dengan anggapan yang ada di dalam masyarakat. Pada kenyataannya, semakin banyak pilihan berarti semakin banyak keputusan yang harus dibuat dan membuat keputusan yang banyak menghabiskan energi mental yang dayanya terbatas

2. Semakin Banyak Pilihan, Maka Semakin Besar Harapan Kita

Alexander Pope pernah berkata, “Berbahagialah dia yang tidak mengharapkan apa-apa, karena dia tidak akan pernah dikecewakan.” Harapan yang besar akan menjadi racun bagi kita yang tidak menanggapinya dengan bijak. Semakin tinggi kita menetapkan standar untuk suatu hal, maka semakin mudah juga kita untuk dikecewakan.

Pernyataan ini pun sudah dibuktikan dengan sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Diehl (2010). Peserta diminta untuk memilih camcorder untuk rekan kerja mereka. Rekan kerja tersebut memiliki kriteria atau preferensi khusus untuk bobot, resolusi, memori, dan zoom kamera.

Peserta diberi katalog yang terdiri dari 8 atau 32 camcodeer yang berbeda untuk dipilih. Setelah memilih model, mereka diminta untuk mengisi kuesioner terkait pengalamannya dalam memilih camcorder tersebut. Mereka diminta untuk mengukur skala kepuasan terhadap pilihannya dari angka 1 sampai 9.

Hasilnya, peserta yang dihadapkan oleh banyak pilihan (32 camcorder) justru kurang puas dengan pilihannya. Mereka juga menilai bahwa camcorder yang dipilih jauh dari ekspektasi yang diharapkan. Artinya, semakin banyak pilihan camcorder, maka semakin tinggi kekecewaannya karena harapan mereka yang terlalu tinggi.

3. Beberapa dari Kita Adalah Orang yang Terlalu Perfeksionis

Setiap orang memang memiliki berbagai pandangan terhadap suatu hal. Ketika kita menganggap suatu barang memiliki kualitas yang tinggi, belum tentu menurut orang lain barang tersebut adalah barang yang berkualitas pula. Beberapa orang terlalu perfeksionis dan terlalu mencari yang terbaik terhadap pilihannya.

Mencari yang terbaik memanglah bukanlah yang buruk. Namun, dunia ini begitu luas untuk mencari sesuatu yang paling baik di antara yang lainnya. Manusia memang memiliki sifat selalu tidak puas dengan apa yang dimilikinya, kita setiap selalu berupaya untuk mencari yang baik untuk bertahan hidup.

4. Kita Tidak Tahu Persis Apa yang Diinginkan

Hal lain yang membuat orang kesulitan untuk memilih adalah ketidaktahuan terhadap jenis barang yang akan dibeli atau dipilih. Hal tersebut telah dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Maureen Morrin. Ketika investor ditawari dengan jumlah dana yang besar, 65% orang dengan tingkat pengetahuan keuangan yang rendah memutuskan untuk berpartisipasi, sedangkan 88% orang dengan tingkat pengetahuan tinggi ikut berpartisipasi. Hasil ini bertolak belakang ketika mereka ditawari dengan jumlah dana yang kecil, hanya 65% persen investor dengan tingkat pengetahuan keuangan yang tinggi ikut berpartisipasi, sedangkan 80% orang dengan tingkat pengetahuan keuangan rendah ikut berpartisipasi.

 

Ubay Muzemmil
Gak tau mau ditulis apa

Latest articles