ENSIPEDIA.ID, Jember – Kisah miris kembali datang dari dunia pendidikan. Kali ini salah seorang mahasiswa UNY atas nama Nur Riska Fitri Aningsih berjuang untuk membayar UKT hingga akhirnya meninggal dunia.
Kisah itu mendadak viral setelah akun @rgantas membagikan sebuah utas terkait dengan perjuangan Riska dalam membayar UKT pada 11 Januari 2023 lalu yang telah dilihat 3,9 juta kali, 22,5 ribu retweet, dan 61,7 ribu orang menyukainya.
Ganta Semandawai yang merupakan pemilik akun tersebut sekaligus kakak tingkat Riska mengungkapkan bahwa adik tingkatnya itu hanyalah seorang anak dari keluarga kurang mampu yang berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah. Orang tuanya hanya seorang pedagang sayur gerobak di pinggir jalan dan memiliki 4 anak selain dirinya yang belum lulus sekolah.
Semangat Riska dalam menempuh pendidikan tingkat tinggi jeblok setelah mengetahui bahwa Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang harus dibayarkan setiap semester 3,14 juta.
Nominal UKT yang tinggi tersebut disinyalir karena Riska tidak dapat mengunggah berkas-berkas yang diminta oleh pihak kampus lantaran HP yang digunakan tidak terlalu canggih. Terlebih lagi HP tersebut merupakan milik tetangganya yang ia pinjam.
Pada waktu itu, mahasiswa UNY tersebut sudah pesimis untuk melanjutkan kuliah karena nominal UKT yang tinggi. Akan tetapi, guru-guru di sekolahnya mau membantu UKT pertamanya sehingga dia tetap dapat berkuliah.
Selama menjadi seorang mahasiswa UNY, ia dikenal sebagai pribadi yang ceria. Namun, keceriaan itu akan mulai luntur ketika mendekati waktu pembayaran UKT.
Ia sudah berkali-kali untuk berusaha untuk mencari beasiswa maupun bekerja paruh waktu agar dapat membayar UKT tersebut. Bahkan ia sudah berkali-kali ke gedung rektorat untuk meminta keringanan UKT, tetapi menurut Riska itu sia-sia lantaran, seperti bola yang di oper sana-sini tanpa kepastian.
Ganta juga mengungkapkan bahwa untuk ke Rektorat dia harus berjalan kaki dari kosannya di Pogung ke Jalan Colombo. Dirinya terbiasa berjalan kaki sebab dirinya tak memiliki cukup uang untuk memesan ojek daring.
“Dia selalu berhati-hati untuk menggunakan uang. Salah satu temannya pernah memberinya abon. Dia sangat senang. Selama di kos dia terlihat hanya makan nasi dengan abon yang diberi temannya tadi. Bahkan odol, sabun, shampo dan mie instan dia dapatkan dari pemberian temannya,” tulisnya.
Ganta pun kemudian berusaha menghubungkan antara Riska dengan salah satu petinggi kampus. Pihak kampus pun meminta beberapa dokumen untuk syarat penurunan UKT. Hingga akhirnya penurunan tersebut disetujui, tetapi hanya berkurang 600 ribu dari UKT sebelumnya.
Penurunan UKT tersebut tidak memberikan solusi atas kegundahan mahasiswa UNY tersebut. Ketika sudah putus asa dengan apa yang ada, tiba-tiba muncul sebuah rejeki yang tidak diduga. Teman-teman, DPA, dan Kajurnya berpatungan untuk membiayai UKT Riska.
Uang hasil patungan tersebut ternyata masih kurang sehingga membuat Riska dan ibunya mencari pinjaman ke mana-mana. Hingga menjelang penutupan pembayaran UKT dan pengisian KRS, Riska mampu membayar dan melanjutkan kuliahnya di semester berikutnya.
Akan tetapi itu belum-belum aman karena pada semester berikutnya ia harus memikirkan cara lagi agar bisa membayar UKT. Apa yang ditakutkan Riska itu pun akhirnya terjadi juga. Ia lagi-lagi tidak bisa membayar UKT
“Ada dua kabar berbeda. Ada yg mengatakan ia akhirnya menyerah. Ada juga yg bilang dia cuti dan mencari kerja utk membayar UKT semester selanjutnya. Saya sendiri lebih percaya yg nomor dua. Orang segigih dia tak mungkin menyerah.
Usaha-usaha dari mahasiswa UNY tersebut “berakhir” pada 9 Maret 2022 setelah Nur Riska Fitri Aningsih meninggal dunia akibat mengidap hipertensi sehingga membuat pembuluh darah di otaknya pecah.
Riska adalah salah satu dari banyaknya siswa/mahasiswa yang tidak diperlakukan sebagaimana mestinya oleh institusi pendidikan di Indonesia.
Semoga hal ini membuat pihak-pihak terkait berbenah agar kejadian tidak lagi berulang. Selamat jalan Nur Riska Fitri Aningsih, semoga amal dan ibadahnya diterima disisi-Nya.