ENSIPEDIA.ID – Tinja atau feses identik dengan sesuatu yang kotor, bau, dan menjijikan. Tinja merupakan hasil buangan dari proses pencernaan makhluk hidup. Walaupun terkesan kotor, pemanfaatan tinja oleh manusia sudah sering dilakukan. Misalnya dalam pertanian, dikenal pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan ternak. Tinja juga bisa diolah menjadi bio gas sebagai energi bahan bakar.
Tahukah kamu bahwa tinja juga dimanfaatkan dalam dunia kesehatan? Sejak zaman kuno, tinja sudah digunakan sebagai bahan pengobatan. Bagaimana tinja bisa dimafaatkan sebagai sarana pengobatan?
Pemanfaatan Tinja di Zaman Kuno
Dilansir dari History dan Natgeo Indonesia, orang-orang di Mesir Kuno sudah memanfaatkan tinja sebagai sarana pengobatan. Para tabib Mesir Kuno menggunakan kotoran manusia maupun hewan untuk mengobati penyakit maupun cedera. Selain itu, kotoran juga dipercayai sebagai sarana mengusir roh jahat yang kerap mendatangkan penyakit.
Selain itu, orang-orang Mesir Kuno juga menggunakan kotoran buaya sebagai alat kontrasepsi.
Di China sendiri dikenal praktik pemberian sup kuning, yaitu makanan bayi yang telah dicampur tinja ibunya. Praktik ini bermaksud untuk meningkatkan kekebalan pada sistem pencernaan bayi.
Pemanfaatan Tinja di Masyarakat Tradisional
Seorang ahli kimia asal Irlandia pada tahun 1600-an pernah menggunakan kotoran manusia sebagai obat katarak. Ia mengeringkan kotoran manusia dan menjadikannya bubuk. Bubuk tersebut kemudian ditiupkan ke pasien.
Masih di Irlandia, masyarakat tradisional di sana menggunakan kotoran bayi yang dihaluskan untuk mengobati epilepsi.
Viral beberapa tahun lalu, tentang sebuah desa di China yang memercayai kotoran binatang bisa menyembuhkan kanker. Puluhan keluarga di sana setiap hari menyeduh kotoran binatang khususnya sapi dan kambing yang diencerkan. Mereka mengonsumsinya dua kali sehari.
Pemanfaatan Tinja di Dunia Medis Modern
Pada dasarnya pemanfaatan tinja di dunia kedokteran sebatas sebagai alat diagnosis. Dokter dapat mengetahui penyakit seorang pasien dengan memperhatikan feses pasien.
Namun demikian, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tinja mulai digunakan sebagai sarana pengobatan. Saat ini dikenal prosedur donor tinja.
Tinja pendonor diberikan kepada pasien untuk menambahkan bakteri baik pada usus. Pasien yang menerima donor tinja biasanya memiliki keluhan pada sistem pencernaan ataupun autoimun. Praktik ini dikenal dengan istilah resmi transplantasi mikrobiota kotoran.
Pada kasus superbug, atau orang yang sangat kebal dengan antibiotik, pemberian donor tinja sangat efektif dalam masa penyembuhan. Bakteri baik yang terdapat pada tinja bisa membantu berperang dalam melawan bakteri jahat.
Tinja dan Bakteri
Penggunaan tinja didasarkan pada terdapatnya bakteri baik yang dikandungnya. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa beberapa kotoran hewan memiliki mikroflora yang mengandung antibiotik yang tinggi.
Penggunaan tinja sebagai bahan media tentunya harus dengan prosedur yang ketat. Seperti yang kita ketahui bahwa selain bakteri baik, tinja juga mengandung banyak bakteri yang bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti tetanus dan infeksi lainnya.