Blusukan ala Soeharto: Menginap di Rumah Warga dengan Berbekal Tempe

ENSIPEDIA.ID, Jember – Selain Joko Widodo, ternyata Presiden Soeharto juga sering melakukan blusukan ke rumah warga untuk melihat kehidupan masyarakat yang ada di sana.

The Smiling General, begitulah julukannya memang terkenal dengan sederet pelanggaran HAM-nya selama menjabat sebagai presiden, mulai dari Petrus (penembak misterius), kasus Pulau Buru, hingga demonstrasi 1998. Namun, siapa sangka dibalik sifat kejamnya, Soeharto suka melakukan blusukan ke rumah-rumah warga.

Hal tersebut bertujuan untuk melihat bagaimana kondisi masyarakat yang ada di sana serta memastikan kinerja pemerintah daerah yang berjalan semestinya. Kisah blusukan Soeharto tersebut diceritakan oleh mantan ajudannya, Try Sutrisno.

Bagaimanakah kisah blusukan Soeharto selama beliau menjabat sebagai Presiden presiden kedua Republik Indonesia? Simak penjelasannya di bawah ini.

Pada suatu ketika Presiden Soeharto memerintahkan ajudannya, Try Sutrisno untuk menyiapkan mobil dan pengamanan seperlunya saja.

“Siapkan kendaraan, sangat terbatas. Alat radio dan pengamanan seperlunya saja dan tidak perlu memberitahu siapa pun,” perintah Soeharto, seperti dikenang Try Sutrisno dalam buku Soeharto: The Untold Story.

Ternyata presiden yang terkenal dengan senyumannya tersebut ingin melakukan perjalanan secara diam-diam atau yang sekarang ini lebih dikenal dengan blusukan ke beberapa daerah.

Perjalanan tersebut berlangsung selama dua minggu di tiga provinsi di Pulau Jawa, yakni Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Karena perjalanan ini bersifat rahasia, maka rombongan yang dibawanya pun sedikit. Hanya Try Sutrisno (komandan paspampres), Kolonel Munawar (komandan pengawal), satu ajudan, Dokter Mardjono, serta mekanik bernama Biyanto yang bertugas mengurus kendaraan yang dibawa untuk blusukan.

Di luar rombongan tersebut, hanya Mayjen TNI Moerdani selaku Ketua G-I/S Intel Hankam yang mengetahui blusukan Soeharto tersebut. Bahkan, panglima ABRI sekalipun tidak mengetahui bahwa Soeharto keliling Pulau Jawa dengan pengamanan yang seadanya.

Dengan melakukan perjalanan rahasia, Soeharto dapat mengetahui kondisi rakyatnya secara apa adanya serta melakukan pemeriksaan terhadap jalannya program-progam pemerintah, seperti Pelita (Pembangunan Lima Tahun).

Untuk menjaga kerahasiaan perjalanan tersebut, para rombongan termasuk Soeharto di dalamnya bahkan menginap di rumah-rumah warga serta hanya berbekal sambal teri dan tempe kering.

“Kami tidak pernah makan di restoran, menginap di rumah kepala desa atau rumah-rumah penduduk,” kisah Try.

“Untuk urusan logistik, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu Tien membekali sambal teri dan kering tempe. Benar-benar prihatin saat itu,” ujarnya.

Meskipun perjalanan tersebut telah ditutup-tutupi secara rapat, tetapi perjalanan tersebut bocor juga. Hal tersebut terjadi ketika melakukan blusukan di wilayah Jawa Timur, warga mengenali Presiden Soeharto dan segera melaporkannya kepada pejabat daerah setempat

Sebagai seorang ajudan, Try Sutrisno pun menjelaskan terkait dengan blusukan Soeharto kepada masyarakat. Para pejabat daerah pun dibuat geger oleh kedatangan presiden dan mengomeli sang ajudan karena tidak diberi tahu, sehingga tidak memberikan sambutan yang layak bagi Soeharto.

“Sayalah lantas yang menjadi sasaran omelan mereka yang marah karena merasa tidak diberi kesempatan menyambut presiden sepantasnya. Padahal itu semua atas kemauan Pak Harto,” tutur Try Sutrisno.

Seluruh hasil perjalanan rahasia tersebut, dicatat oleh Pak Harto. Hal itu bertujuan mengetahui daerah-daerah mana saja yang sudah maju dan daerah-daerah mana saja yang perlu ditingkatkan. Laporan tersebut kemudian dibahas pada rapat kabinet. Dengan begitu, tidak ada menteri yang bisa berbohong.

Perjalanan selama dua pekan dengan masuk dan keluar desa tersebut berakhir di Istana Cipanas. Para anak buahnya yang terlihat kelelahan kemudian persilahkan untuk makan terlebih dahulu sebelum dirinya.

Ubay Muzemmil
Gak tau mau ditulis apa

Latest articles