ENSIPEDIA.ID, Kendari – Berbicara mengenai figur-figur presiden di Indonesia, ada satu pertanyaan yang selalu ditanyakan: Mengapa Presiden Indonesia kebanyakan orang Jawa? Pertanyaan ini bukanlah hal yang baru. Pertanyaan tersebut selau ditanyakan sebelum masa-masa pemilu.
Dari angka statistik, kebanyakan presiden Indonesia berasal dari Jawa. Mulai presiden pertama, yaitu Soekarno. Kemudian dilanjutkan oleh presiden ketiga, Soeharto. Kemudian ada Megawati, Gusdur, SBY, hingga Jokowi yang juga keturunan Jawa. Hanya Habibie seorang yang lahir di Sulawesi. Namun, Habibie juga memiliki darah Jawa dari ibunya yang keturunan Solo, Jawa Tengah.
Terlepas dari segi keetnisannya, topik ini menarik untuk diperbincangkan.
Sudut Pandang Sosiologis
Berdasarkan pendekatan sosiologis, untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus berkenalan dengan identitas sosial. Identitas sosial menurut Michael A Hogg dan Dominic Abrams pengetahuan individu bahwa ia memiliki kelompok sosial tertentu bersama-sama dengan beberapa makna emosional dan nilai dari keanggotaan kelompok.
Michael Hogg berpendapat bahwa identitas sosial disebabkan karena adanya kategori sosial yang berdiri dalam kekuasaan dan status hubungan satu sama lain. Kemudian lebih lanjut, kategori sosial itu mengacu atas dasar kebangsaan, ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan sebagainya.
Dari teori identitas sosial, salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah suku Jawa. Identitas sosial cenderung mengikat sesorang individu pada kelompok sosialnya. Secara tidak langsung, dalam pemilihan presiden, hal etnis kesukuan tak terlepas dari kampanye-kampanye politik untuk dipermainkan.
Dari sudut pandang pemilih, masyarakat bersuku Jawa akan mencari pimpinan yang mempresentasikan identitas sosial yang mereka punya.
Sudut Pandang Statistik Demografi
Seperti yanh dibahas di atas, suku Jawa adalah suku bangsa terbesar di Indonesia. Menurut data dari Sekretariat Negara, 41 persen dari jumlah keseluruhan populasi Indonesia merupakan suku bangsa Jawa.
Di luar dari aspek kesukuan, persebaran penduduk Indonesia juga masih terpusat di Pulau Jawa. Dalam Sensus Penduduk 2020, sebanyak 151,59 penduduk Indonesia atau sebesar 56,10 persen tersebar di Pulau Jawa.
Jawa masih menjadi pulau besar di Indonesia yang terpadat. Jawa masih menjadi pusat perekonomian di Indonesia. Secara agregat, dalam pemilihan presiden secara langsung, pasangan calon yang menang di Pulau Jawa memiliki kecenderungan untuk memenangkan pemilu.
Sudut Pandang Politik
Di era demokrasi seperti saat ini, presiden di pilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Dalam ilmu politik, dikenal teori perilaku memilih (voting behavior theory) yang menjelaskan bagaimana seseorang menentukan pilihannya.
Perilaku Pemilih adalah respon psikologis dan emosional yang diwujudkan dalam tindakan politik untuk mendukung salah satu partai politik ataupun kandidat politik dengan cara memilih di surat suara. Walaupun pemilihan umum bersifat rahasia, atau tak ada yang tahu kandidat atau partai politik apa yang dipilih oleh seseorang, pola perilaku pemilih dapat dipetakan. Ada 3 pendekatan yang menerangkan perilaku pemilih, yaitu pendekatan sosiologis, psikologis, dan rasional.
Pendekatan sosiologis mengacu pada kecenderungan pemilih untuk memilih kandidat yang memiliki keterkaitan struktural pada status sosio-ekonomi seperti agama, etnik, hingga wilayah tempat tinggal.
Dengan alasan-alasan di atas, secara garis besar mengapa kebanyakan Presiden Indonesia adalah orang Jawa karena etnik Jawa merupakan kelompok etnik terbesar di Indonesia. Sedangkan teori tindakan sosial dan teori perilaku pemilih menjelaskan bahwa kecenderungan orang akan memilih presiden berdasarkan orang yang bisa mempresentasikan identitas sosialnya.