
Pemerintah Indonesia merencanakan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga mencapai 23% pada tahun 2025, kemudian naik 31% pada tahun 2050. Dengan adanya rencana transisi penggunaan sumber energi terbarukan, tentunya sangat menarik untuk membahas potensi energi terbarukan panas bumi (geothermal) di Indonesia, yang memiliki potensi geothermal terbesar di dunia. Mengingat untuk saat ini, pemanfaatannya belum maksimal.
Terletak di antara sisi timur Mediterranean Volcanic Belt dan sisi barat Circum-Pacific Volcanic Belt menjadikan Indonesia sebagai negara yang dikelilingi active margins, yang membuat bentang alam Indonesia dikenal sebagai ring of fire. Terdapat banyak gunung berapi di sepanjang Sumatera, Jawa, Bali dan kepulauan timur Indonesia, yang menjadi hot spot dan menyimpan energi panas. Hal tersebut menjadi potensi besar untuk memnfaatkan panas bumi, terutama untuk pembangkit listrik.
Energi Geothermal atau panas bumi merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, berupa energi panas yang terkandung dalam fluida air (dapat berbentuk uap, cair, atau campuran keduanya) yang letaknya berada di kedalaman lebih dari 1 kilometer di bawah permukaan bumi.
Energi geothermal berasal dari sistem geothermal yang ada di perut bumi, system tersebut terdiri dari: batuan panas/magma (heat source) pada kedalaman 3 km, batuan rekahan yang mengandung reservoir fluida sebagai medium panas, dan batuan reservoir yang permeabel sebagai penudung. Secara sederhana, system geothermal dianalogikan seperti memanaskan air dalam ketel. Kompor sebagai heat source, ketel sebagai reservoir, dan tutup ketel sebagai clay cap (penudung) yang menjaga agar uap tidak keluar.
Sistem geothermal dikategorikan berdasarkan temperatur reservoir dan fasa (jumlah zat homogeny) fluida di reservoir. Berdasarkan teperatur, sistem geothermal dibedakan menjadi 3 macam: (1) system geothermal temperatur tinggi (>225oC), temperatur sedang (125-225oC) dan temperatur rendah (<125oC). Sedangkan jika berdasarkan fasa fluidanya, ada sistem yang didominasi uap, dominasi air dan campuran kedua fasa. Indonesia memiliki semua variasi dari sistem geothermal tersebut.
Indonesia memiliki potensi sumber daya geothermal sekitar 11.073 Megawatt listrik (MWe) dan memiliki cadangan hingga 17.506 Mwe. Pada akhir 2016, kapasitas pembangkit energi listrik dapat memproduksi 59,6 Gigawatt (GWe) atau 59.600 MWe. Sehingga, jika potensi geothermal dimanfaatkan dengan maksimal, dapat menambah kapasitas hingga 18% dari produksi listrik.
Pemanfaatan energi ini tentu dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap bahan bakar fosil sebagai sumber energi listrik. Apalagi penggunaan energi fosil bersifat merusak dan cadangannya pun semakin menipis.