Alasan Seseorang Menjadi TNI atau Polisi Gadungan, Bukti Hidup sebagai Aparat itu Nikmat?

ENSIPEDIA.ID – Fenomena tentara atau polisi gadungan bukan hal yang baru di negeri ini. Tak sedikit orang yang berpura-pura menjadi aparat karena terbuai popularitas. Mereka menjadikan aparat di negeri ini sebagai bahan referensi untuk menyimbolkan jati diri. Modus yang paling sering digunakan oleh aparat gadungan tersebut adalah pamer seragam.

Ada beberapa keuntungan yang sering diincar oleh orang yang menjadi aparat gadungan. Mereka terkadang melakukan tindak penipuan dengan modus memeras korban. Mereka juga tak jarang menyebar bujuk rayunya kepada wanita-wanita yang ditemuinya.

Menurut Satrio Dwicahyo, dosen sejarah militer Universitas Gajah Mada, fenomena aparat gadungan merupakan bentuk halusinasi seseorang terhadap indahnya hidup sebagai aparat. Hasrat tersebut tercetus dari citra dan poplaritas yang terbangun oleh institusi penjaga pertahanan, keamanan dan ketertiban tersebut.

Berikut ini faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi aparat gadungan.

1. Kemewahan Kebal Hukum

Wajah aparat di mata masyarakat adalah sebuah institusi yang kebal akan hukum. Beberapa kasus pelanggaran yang dilakukan oleh oknum TNI dan Polri menjadi dasar citra tersebut dicapkan kepada aparat. Hukum terhadap aparat seakan sulit ditegakkan jika tak ada kawalan kasus yang kuat. Misalnya kasus Sambo, Tragedi Kanjuruhan, Teddy Minahasa, dan AKBP Achiruddin yang ditindak setelah viral terlebih dahulu.

Orang-orang yang berseragam tampak lebih kebal hukum dibanding sipil pada umumnya. Citra aparat seperti ini sebenarnya merusak wajah demokrasi. Namun, kasus-kasus kebal hukum dan kemewahan hukum tersebut malah memotivasi masyarakat sipil untuk menjadi aparat penegak hukum. Bagi yang tidak mampu untuk menjadi polisi atau tentara, menempuh jalan gadungan sebagai jalan pintas.

2. Simbol Maskulinitas

“Halo, dek.” Begitulah meme yang sering diucapkan oleh warganet menyikapi oknum tentara dan polisi yang merayu gadis-gadis di media sosial. Tak jarang pula ditemukan akun-akun yang memarkan seragam dengan sebutan “abdi negara”.

Narasi bahwa tentara merupakan pekerjaan yang sangat maskulin sebenarnya sudah terbangun sejak lama. Sejarah bangsa Indonesia merupakan negara yang lahir dari perjuangan-perjuangan para pejuang.

Karena atas dasar tersebut, tidak sedikit orang yang ingin menjadi abdi negara. Terlebih lagi di media sosial, membuat akun palsu dengan identitas abdi negara sangatlah mudah.

3. Simbol Kemapanan

Polisi dan tentara merupakan abdi negara yang memiliki kondisi finansial yang terbilang mapan. Selain gaji yang terjamin setiap bulannya, polisi dan tentara juga memiliki jaminan hari tua dan tunjangan keluarga.

Gaji tetap dan terjamin tersebut sering diumbar dan mengerdilkan profesi lainnya. Seorang mantan anggota TNI gadungan di Pekalongan mengungkapkan bahwa alasan dirinya mengaku sebagai aparat kepada keluarganya karena ingin dianggap memiliki pekerjaan tetap.

Aparat gadungan merupakan bentuk mewujudkan imajinasi para pelakunya terhadap keindahan hidup sebagai abdi negara.

Hal yang dilakukan oleh instansi Polri dan TNI seharusnya menegakkan citra positif. Citra negatif seperti kebal hukum, simbol maskulinitas, gaya hidup mewah, angkuh, seharusnya tidak menjadi motivasi seseorang untuk menjadi aparat gadungan.

Latest articles