7 Tahun Kematian Mahasiswa UI Akseyna yang Belum Juga Terungkap

ENSIPEDIA.ID, Jember – 26 Maret 2015, Universitas Indonesia digegerkan dengan ditemukannya mayat mengambang di Danau Kenanga. Mayat tersebut bernama Akseyna yang pada saat itu mengenakan baju hitam lengan panjang dan tas coklat.

Akseyna Ahad Dori merupakan mahasiswa Universitas Indonesia fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), jurusan Biologi angkatan 2013. Dugaan awal dari kematian Mahasiswa UI tersebut adalah bunuh diri. Namun, setelah beberapa waktu berselang polisi mengungkapkan bahwa Akseyna adalah korban pembunuhan.

Meskipun demikian, hingga saat ini kasus kematian Akseyna masih menjadi misteri karena tidak diketahui siapa yang melakukan pembunuhan tersebut.

Identifikasi Awal Jasad Akseyna

Akseyna ditemukan oleh salah seorang mahasiswa bernama Roni pada pukul 09.00 WIB di Danau Kenanga dengan posisi mengambang. Penemuan mayat tersebut mengundang banyak orang yang ingin menyaksikan.

Awalnya jenazah tersebut tidak diketahui identitasnya karena tidak ada satu pun identitas yang tertera. Menariknya, dalam tas coklat Akseyna terdapat beberapa batu yang diduga digunakan oleh sang pembunuh untuk menenggelamkan jasadnya di Danau Kenanga.

Jasad itu kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk dilakukan proses identifikasi. Menurut pengakuan dari Kasat Reskrim Polresta Depok saat itu, bersamaan dengan ditemukan jasad, orang tua Akseyna juga sedang mencari keberadaan sang anak.

Orang tua Akseyna pun menghubungi polisi dan datang ke Jakarta untuk memastikan bahwa jasad yang ditemukan adalah anaknya atau bukan. Akhirnya keluarga pun memastikan bahwa jasad tersebut memang benar-benar Akseyna yang diidentifikasi dari kesamaan hidung, pakaian, dan sepatu yang digunakannya.

“Saat pihak keluarga memeriksa jenazah korban, ada kemiripan fisik dari bentuk hidung korban. Selain itu, pakaian dan sepatu pemberian orangtua menambah keyakinan keluarga jika itu memang anaknya,” kata Agus pada 31 Maret 2015, dilansir dari Kompas.

Kejanggalan Surat Wasiat Akseyna

Awalnya, polisi menduga bahwa Akseyna meninggal akibat bunuh diri karena di dinding kamar kostnya terdapat sepucuk surat wasiat berbahasa Inggris. Pada surat tersebut tertulis “Will not return for please don’t search for existence, my apologies for everything eternally.”

Surat tersebut kemudian diselidiki oleh tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) dan hasilnya mengungkapkan bahwa tulisan tangan tersebut memang benar-benar tulisan Akseyna.

Meskipun telah diselidiki oleh Puslabfor, Kolonel (Sus) Mardoto selaku ayah Akseyna tidak mempercayai bahwa anaknya tewas akibat bunuh diri. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan adanya luka lebam di tubuh serta terdapat beberapa batu di dalam tas Akseyna. Selain itu, Mardoto juga menduga bahwa surat wasiat yang ada di dalam kamar kos bukan tulisan anaknya.

“Kalau bunuh diri tidaklah perlu melakukan cara serumit itu (menulis surat wasiat),” kata Mardoto.

Kasus Pembunuhan yang Menjadi Misteri

Untuk memperkuat dugaan, kepolisian terus mengumpulkan barang bukti, saksi, hingga hasil visum. Salah satu saksi ahli yang dipanggil polisi adalah ahli grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation Deborah Dewi guna memberikan keterangan terkait surat wasiat yang diduga ditulis oleh Akseyna sendiri.

Hasilnya, Deborah Dewi mengungkapkan bahwa surat tersebut ditulis oleh orang lain bukanlah Akseyna. Bukti tersebut juga diperkuat dengan hasil visum yang menyatakan bahwa Akseyna sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri sebelum dicemplungkan ke dalam danau. Terlebih lagi terdapat robekan pada sepatu korban yang semakin memperkuat bukti dugaan pembunuhan.

‘Yang bisa diketahui adalah korban meninggal diduga bukan karena bunuh diri. Danaunya dangkal. Kalau dia bunuh diri, kenapa tidak nyemplung di laut. Menenggelamkan diri itu proses bunuh diri yang sangat lambat. Kalau mau bunuh diri, kenapa tidak loncat saja dari atap gedung,” ujar Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya saat itu, Komisaris Besar Krishna Murti.

Meskipun sudah jelas bahwa kasus tersebut merupakan pembunuhan, tetapi pelaku tidak dapat diungkap hingga tujuh tahun lamanya (2015-2022). Hal tersebut terjadi karena tempat saat korban meninggal sudah dimasuki oleh orang-orang yang tidak berkepentingan.

 

Ubay Muzemmil
Gak tau mau ditulis apa

Latest articles