ENSIPEDIA. ID, KENDAL – Bayangkan kamu adalah orang yang setiap harinya membeli kopi seharga 20 ribu, kemudian juga membeli rokok eceran seharga 10 ribu, dan terakhir camilan seharga 15 ribu. Jika dalam satu bulan ada 30 hari, maka tiap bulannya kamu akan menghabiskan 1 juta 350 ribu hanya untuk tiga pengeluaran kecil tersebut. Angka yang besar bukan?

Nah, tiga hal di atas merupakan contoh dari faktor latte. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh penulis finansial kebangsaan Amerika Serikat bernama David Bach. Jadi, faktor latte adalah pengeluaran-pengeluaran kecil yang tidak terlalu penting tetapi berpengaruh besar pada keuangan pribadi. Kata ‘latte’ diambil dari kebiasaan atau hobi orang yang membeli kopi secara rutin. Menurut David, membeli kopi termasuk pengeluaran kecil, tapi jika dilakukan terus setiap hari jumlah uang yang dikeluarkan akan lebih banyak dari biaya listrik perbulan.

Melihat Bagaimana Faktor Latte Berpengaruh terhadap Finansial

Besar kecilnya pengaruh dari faktor latte ditentukan dengan seberapa banyak pengeluaran-pengeluaran kecil kamu untuk hal yang tidak begitu penting. Dikatakan tidak penting karena pengeluaran-pengeluaran itu tidak menyongsong kebutuhan utama hidup dan memiliki alternatif lain yang bisa ditempuh.

Kopi, rokok, dan camilan adalah contoh kecil dari kehidupan orang dewasa pada umumnya. Biaya itu adalah pengeluaran untuk satu orang saja, lalu bagaimana jika sebuah rumah tangga yang memiliki 2-3 anggota keluarga hidup dengan terus melakukan faktor latte? Bukankah biaya yang dikeluarkan akan sangat fantastis hanya untuk hal-hal kecil itu?

Bagaimana jika pengeluaran kecil rutinan itu dialihkan untuk berinvestasi? Atau mungkin juga ditabung dalam bentuk emas? Dalam waktu 5-10 tahun saja, mengingat dengan seiring nilai inflasi, profit yang akan kamu hasilkan akan sangat mencengangkan.

Nah, itulah yang disebut dampak besar dari faktor latte. Hal ini mungkin kita sepelekan, tetapi bila diperhatikan ternyata efeknya terhadap finansial luar biasa juga, ya.

Dilansir dari Koin Works, ada cara perhitungan simulasi efek faktor latte dalam pengeluaran dan investasi, begini caranya:

1. Tulis barang apa yang sangat rutin Anda beli!

2. Hitung berapa biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang tersebut!

3. Seberapa sering Anda membeli barang tersebut? (dalam hitungan hari/minggu/bulan/tahun)

4. Tulis berapa persen besaran bunga yang Anda harapkan dapat berkembang dalam 1 tahun bila berinvestasi!

5. Simulasikan berapa tahun Anda akan berinvestasi!

Dari situ Anda akan mendapatkan:

6. Total pengeluaran yang didapat

7. Total bunga yang seharusnya diperoleh

8. Jumlah total uang yang harusnya bisa Anda peroleh

Fakta tentang Faktor Latte di Indonesia 

Salah satu bank di Indonesia melakukan survei internal untuk mengecek seberapa besar biaya yang dikeluarkan orang Indonesia untuk faktor latte. Didapatkan bahwa 9 dari 10 orang Indonesia mengeluarkan lebih dari Rp900 ribu setiap bulannya untuk faktor latte.

Dari angka tersebut, pengeluaran yang paling besar yaitu untuk sandang sekunder seperti lipstik, sepatu dan baju serta benda koleksi seperti tas, syal, aksesori dan lainnya. Persentasenya mencapai 58%.

Pengeluaran terbesar kedua jatuh kepada taksi atau transportasi online di mana mencapai angka 15%. Pengeluaran ini sebetulnya bisa dicari alternatifnya seperti naik kendaraan umum untuk menghemat biaya.

Selanjutnya ada pengeluaran untuk makanan dan minuman ringan di angka 11% dan kopi 9%. Selain dari biaya di atas, ada pula pengeluaran untuk air mineral, rokok, hingga biaya admin bank.

Selain angka faktor latte yang sangat tinggi, ada angka yang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat sedikit menyisihkan penghasilannya untuk ditabung, yakni hanya 8% saja. Survei ini dilakukan oleh Kadence Internation dengan tema “Share of Wallet.”

Melihat besarnya angka faktor latte di masyarakat Indonesia, sudah sepatutnya kita menyadari bahwa hal ini perlu dibenahi. Mulai dari menyisihkan uang untuk ditabung, mengurangi membeli barang-barang tidak berguna, sampai berhenti mengikuti tren-tren pakaian yang notabene hanya digunakan saat tertentu.

 

 

 

By Hilmi Harsaputra

Menyukai bidang sosial-hukum, sosial-budaya, geografi, dan astronomi.